Skip to main content

Cerita Rasa Dalam Secangkir Kopi Luwak

Story flavors in a cup of Kopi Luwak

 | VIVANEWS | 15APR13 |

Kopi Luwak dengan cita rasa yang khas dan unik, mengundang banyak pertanyaan apa dongeng dibalik kehebatan tersebut. Selanjutnya sekilas cerita rasa kopi luwak menyerupai dikutip dari :
http://life.viva.co.id/news/read/405254-cerita-rasa-dalam-secangkir-kopi-luwak.




Gengsi yang begitu tinggi terdapat pada secangkir kopi luwak. Bagaimana tidak, kopi ini merupakan  kopi termahal di dunia. Ini tak lepas dari proses untuk menerima biji kopinya yang cukup rumit sebab melibatkan hewan Luwak.

Luwak ini biasa mengkonsumsi buah-buahan, salah satunya buah kopi. Hewan ini mempunyai indera penciuman yang peka sehingga ia akan menentukan buah kopi yang berkualitas baik dan matang untuk dimakan.

Hal inilah yang menjadi penyebab biji kopi yang terdapat dalam kotoran luwak yaitu biji kopi yang berkualitas tinggi. Selain itu, biji kopi ini juga sudah difermentasikan secara alami di dalam perut luwak sehingga menghasilkan aroma dan rasa yang sempurna.

"Awalnya Luwak berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera, tapi kini ini luwak banyak ditemukan di daerah lain, contohnya luwak Toraja," ucap Heri Setiadi, spesialis kopi yang diwawancarai di kedai kopi lokal miliknya, Caffe La Tazza di tempat SCBD.

Menurutnya, sebab harga kopi luwak yang dulu pernah melonjak tinggi, banyak luwak-luwak bermunculan di negara lain menyerupai Filipina, dan negara lainnya. Padahal awalnya luwak khas Indonesia. Adi W. Taroepratjeka, seorang konsultan kopi, mengungkap kalau ketika ini harga kopi luwak sudah menurun, tak semahal dulu.

"Walaupun tidak drastis, harga kopi luwak sekarang ini sudah jauh dibanding beberapa waktu lalu," ucap Adi, yang juga pemilik Secangkir Kopi, perusahaan konsultan dan training kopi independen di Kuningan City. Beberapa tahun kemudian luwak hidup liar. Karena harga kopi luwak terus meningkat, kesudahannya luwak dipelihara di penangkaran. Menurut Adi, bagi orang awam membedakan kopi luwak dan kopi biasa yang sudah jadi pun sulit.

Jadi ketika membeli kopi luwak berarti Anda membeli kepercayaan, sedangkan konsumen lebih menginginkan sesuatu yang terang dan pasti. Belum lagi terdapat kedai kopi yang menyampaikan kopi yang mereka jual mengandung 5 persen kopi luwak. Lantas, apakah kopi yang mengandung 5 persen biji kopi luwak sanggup disebut kopi luwak?

Selanjutnya Adi mengungkap kalau kopi luwak mempunyai harga yang mahal bukan sebab rasanya. Melainkan, sebab binatang luwak dan dongeng di balik kopi luwak itu sendiri. "Padahal kalau pun mahal, apakah sudah niscaya enak? Belum tentu. Meski berdasarkan Anda tidak enak, apakah Anda akan complain sebab kopi yang secangkir berharga seratus ribu rupiah tersebut tidak lezat di lidah? Kalaupun iya, apa perbandingan Anda sehingga berani menyampaikan kopi luwak tidak enak?," Adi bercerita.

Menurutnya, jikalau seseorang tidak menyukai rasa kopi luwak hanya akan berdiam diri. Mungkin sambil bertanya-tanya apakah kopi luwak memang tidak lezat atau pengecap yang tidak sanggup menikmatinya. Itu sebab perkiraan orang yaitu kalau harga mahal, niscaya rasanya enak.

Senada dengan Adi, Borie Tahir, roastmaster sekaligus owner Jakarta Coffee House menyatakan bahwa luwak mempunyai sensor yang sanggup menentukan kopi yang sudah matang sehingga kopi yang dihasilkan dari biji kopi yang sudah dipilih luwak itu memang lezat rasanya.

"Kalau petani kopi cenderung tidak memilih-milih kopi yang akan dipanen sebab mereka dituntut untuk menghasilkan uang dari hasil panen tersebut. Makara petani memanen kopi tanpa memikirkan kualitas kopi yang dipanen, yang penting jumlah panen melimpah," jelasnya ketika ditemui di Jakarta Coffee House di tempat Cipete, Jakarta.

Adi berkesimpulan jikalau insan mempunyai sensor atau keahlian yang sama atau paling tidak mau menentukan kopi menyerupai luwak, niscaya kualitas kopi yang dihasilkan sanggup jauh lebih tinggi dari kopi luwak. Makara ternyata mahal dan murahnya kopi luwak ini bukan soal rasa, tapi soal dongeng sang luwak.

Demikian sedikit Cerita rasa dalam secangkir Kopi Luwak, selamat minum kopi! 

Comments

Popular posts from this blog

Varietas Unggul Kopi Arabika

Varietas Unggul Kopi Arabika - Kunci sukses tanam kopi yaitu penggunaan benih unggul bermutu. Untuk kopi arabika terdapat beberapa varietas yang dianjurkan. Popularitas kopi arabika sudah tidak di ragukan lagi. Bisa di katakan kopi jenis ini kopi yang paling banyak di konsumsi oleh pencipta kopi di seluruh dunia apalagi kopi arabika Indonesia. Kopi Arabika (Coffea arabica atau Arabian Coffee) yaitu salah satu dari 70+ spesies yang membentuk genus Coffea dalam urutan botani. Tetapi dari 70+ spesies yang ditawarkan dalam genus Coffea, hanya dua yang telah terbukti selama bertahun-tahun mempunyai nilai komersial dalam hal rasa yang sanggup dipasarkan: (1) Coffea arabica yang tumbuh tinggi yang menyumbang sekitar 70% dari produksi kopi dunia dan (2) Coffea canephora rendah (biasanya disebut Robusta) merupakan sebagian besar dari sisa produksi, meskipun Coffea liberica Afrika Barat dan Coffea excelsa berkontribusi sekitar 1-2% dari produksi kopi bruto dunia. Tetapi Coffea arabi

Kopi Brasil

Kopi Brasil - Sekitar sepertiga dari semua kopi dunia ditanam di Brasil, dan banyak kopi premium Brasil diberi label Santos sehabis dikirim. Brasil yakni pengekspor terbesar di dunia, memasok sekitar 60% dari kopi dunia ini sebagian lantaran ukuran negara yang luas. Meskipun Brasil yakni eksportir yang produktif, peningkatan rata-rata untuk produksi kopi hanya sekitar 1.100 meter. Ini memenuhi syarat sebagian besar sebagai Kopi Tumbuh Tinggi (900-1.200 meter), tetapi beberapa tumbuhan niscaya jatuh di bawah ambang batas itu. Banyak adonan espresso berkualitas tinggi dibentuk dari Bourbon Santos atau Brazil Cerrado lantaran kemampuan kopi Brasil untuk mengambil daging panggang gelap tanpa menjadi terlalu pahit. Hal ini sebagian disebabkan oleh aroma biji kopi Brasil yang ringan dan seimbang. Kisaran Ketinggian: 400 - 1.600 meter di atas permukaan laut Bahasa yang Dipakai: Portugis, Inggris, Spanyol Panen: Mei - September Produksi Kopi Tahunan: 40 - 60 juta kantong Variet

History Of Coffee

The history of coffee in the world The history of coffee can be traced back from around the 9th century, in the highlands of Ethiopia. From there it spread to Egypt and Yemen, and then in the fifteenth century extended to Persia, Egypt, Turkey and northern Africa. History Of Coffee Initially coffee is less accepted by some people. In 1511, due to the effects of stimulation, it was forbidden to be used by conservative and orthodox ministers in the Meccan religious assemblies. However, due to the popularity of this drink, the ban in 1524 was removed on the orders of Sultan Selim I of the Ottoman Empire. In Cairo, Egypt, a similar ban was passed in 1532, where coffee shops and coffee shops were closed. From the Muslim world, coffee spread to Europe, where it became popular in the 17th century. The Dutch were the first to import large quantities of coffee into Europe, and at one time smuggled the seeds in 1690, as raw crops or seeds were not allowed out of the Arab region. This