Skip to main content

Pecinta Kopi Sejati Menciptakan Kopi Digiling Bukan Digunting


Kenapa begitu? Badan Ekonomi Kreatif menggelar "Forum Peningkaatan Kreativitas & Akses Permodalan Industri Kopi Lokal" di gedung Wanita Paramitha Kencana Banyuwangi Jawa Timur, Sabtu (17/12/2016) dengan tema "Kopi Digiling Bukan Digunting".

Dikutip dari kompas.com. Selain diskusi program yang digelar di Gedung Wanita Banyuwangi tersebut juga digelas nonton film dokumenter. ‘Aroma of Heaven", lomba kreativitas seduh kopi manual dan uji cita rasa kopi nusantara.

Wakil Kepala Bekraf, Riky Pesik dikala membuka aktivitas itu menyampaikan program tersebut digelar untuk memperlihatkan nilai tambah terhadap kopi lokal sehingga biji kopi Indonesia bukan hanya dikenal oleh pasar lokal tapi juga internasional.

"Saat ini kalau kita jual biji kopi per kilonya 100 ribu kemudian di-branding pihak luar dan dijual kembali menjadi 250 ribu per kilogram. Padahal kopi bisa bernilai lebih tinggi dan memberi manfaat besar bagi masyarakat dengan sedikit kreativitas dari pelaku usahanya seperti brand atau packaging produk yang menarik dan mengikuti selera pasar," ujar Riky.

Sementara itu Daroe Handojo, salah satu praktisi kopi dari Jakarta kepada KompasTravel menjelaskan dalam program tersebut juga digelar Kompetisi Kreativitas Seduh Kopi Manual.

"Barista dituntut untuk menciptakan kopi kurang dari 10 menit. Kompetisi bukan ihwal kesempurnaan, tapi bagaimana barista mengatasi duduk kasus dan harus bisa mengatasinya," kata Daroe.

Ia menyampaikan salah satu penerima yang menjadi juara memanfaatkan botol plastik dan mengubahnya menjadi alat seduh V60 dan ia menyelesaikannya dalam waktu 3 menit 54 detik.

"Saya tidak menyangka barista yang ada di Banyuwangi memiliki kemampuan yang luar biasa dan tahun 2017 lomba ini akan digelar kembali tentunya dengan meningkatkan grade yang lebih tinggi lagi," kata Daroe.

Ia menekankan, seorang barista harus bisa menyajikan kopi sesuai dengan selera pemesannya, untuk itu barista harus menanyakan kopi menyerupai apa yang diinginkan oleh pemesannya.

"Makanya sebelum bikin kopi, barista harus bertanya, konsumen ingin kopi yang bagaimana. Kalau konsumen punya sakit lambung dan minta kopi yang nggak berasa asam, ya berarti dikala menyeduh, suhunya harus dinaikkan. Kopi yang yummy itu ialah kopi sesuai dengan selera,” terperinci pemilik Kopi Boutique Jakarta ini.

Terkait perkembangan kopi orisinil Banyuwangi, Daroe menyampaikan prospeknya sangat cantik alasannya ialah memiliki keunikan dari rasa dan daerah tumbuhnya juga beda-beda, sehingga besar lengan berkuasa di rasa.

"Saya sudah mencicipi kopi Ijen, Raung, Gombengsari dan Kemiren. Kalau berdasarkan saya tinggal bermain di teknik sangrai. Tidak harus dark bisa saja medium. Saran saya, sebelum coba kopi lain, cobalah terus mengeksplor kopi lokal terlebih dahulu. Dan yang perlu diingat kopi itu digiling bukan digunting," pungkasnya.


Comments

Popular posts from this blog

Varietas Unggul Kopi Arabika

Varietas Unggul Kopi Arabika - Kunci sukses tanam kopi yaitu penggunaan benih unggul bermutu. Untuk kopi arabika terdapat beberapa varietas yang dianjurkan. Popularitas kopi arabika sudah tidak di ragukan lagi. Bisa di katakan kopi jenis ini kopi yang paling banyak di konsumsi oleh pencipta kopi di seluruh dunia apalagi kopi arabika Indonesia. Kopi Arabika (Coffea arabica atau Arabian Coffee) yaitu salah satu dari 70+ spesies yang membentuk genus Coffea dalam urutan botani. Tetapi dari 70+ spesies yang ditawarkan dalam genus Coffea, hanya dua yang telah terbukti selama bertahun-tahun mempunyai nilai komersial dalam hal rasa yang sanggup dipasarkan: (1) Coffea arabica yang tumbuh tinggi yang menyumbang sekitar 70% dari produksi kopi dunia dan (2) Coffea canephora rendah (biasanya disebut Robusta) merupakan sebagian besar dari sisa produksi, meskipun Coffea liberica Afrika Barat dan Coffea excelsa berkontribusi sekitar 1-2% dari produksi kopi bruto dunia. Tetapi Coffea arabi

Kopi Brasil

Kopi Brasil - Sekitar sepertiga dari semua kopi dunia ditanam di Brasil, dan banyak kopi premium Brasil diberi label Santos sehabis dikirim. Brasil yakni pengekspor terbesar di dunia, memasok sekitar 60% dari kopi dunia ini sebagian lantaran ukuran negara yang luas. Meskipun Brasil yakni eksportir yang produktif, peningkatan rata-rata untuk produksi kopi hanya sekitar 1.100 meter. Ini memenuhi syarat sebagian besar sebagai Kopi Tumbuh Tinggi (900-1.200 meter), tetapi beberapa tumbuhan niscaya jatuh di bawah ambang batas itu. Banyak adonan espresso berkualitas tinggi dibentuk dari Bourbon Santos atau Brazil Cerrado lantaran kemampuan kopi Brasil untuk mengambil daging panggang gelap tanpa menjadi terlalu pahit. Hal ini sebagian disebabkan oleh aroma biji kopi Brasil yang ringan dan seimbang. Kisaran Ketinggian: 400 - 1.600 meter di atas permukaan laut Bahasa yang Dipakai: Portugis, Inggris, Spanyol Panen: Mei - September Produksi Kopi Tahunan: 40 - 60 juta kantong Variet

History Of Coffee

The history of coffee in the world The history of coffee can be traced back from around the 9th century, in the highlands of Ethiopia. From there it spread to Egypt and Yemen, and then in the fifteenth century extended to Persia, Egypt, Turkey and northern Africa. History Of Coffee Initially coffee is less accepted by some people. In 1511, due to the effects of stimulation, it was forbidden to be used by conservative and orthodox ministers in the Meccan religious assemblies. However, due to the popularity of this drink, the ban in 1524 was removed on the orders of Sultan Selim I of the Ottoman Empire. In Cairo, Egypt, a similar ban was passed in 1532, where coffee shops and coffee shops were closed. From the Muslim world, coffee spread to Europe, where it became popular in the 17th century. The Dutch were the first to import large quantities of coffee into Europe, and at one time smuggled the seeds in 1690, as raw crops or seeds were not allowed out of the Arab region. This